Ketegangan Geopolitik Tak Goyahkan Bitcoin, Investor Pantau Sinyal Positif

3 minutes reading
Friday, 20 Jun 2025 04:35 0 0 Redaksi

Jakarta, 20 Juni 2025 – Harga Bitcoin (BTC) menunjukkan ketahanan di tengah gejolak global, termasuk meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran serta keputusan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat yang kembali menahan suku bunga. Saat ini pada Jumat (20/6) pukul 10:00 WIB, BTC diperdagangkan di sekitar level US$104.505 atau Rp1,7 miliar, turun sekitar 5% dari rekor tertingginya sebulan lalu.

Data Tokocrypto menunjukkan harga Bitcoin bergerak stabil meskipun pasar kripto dilanda ketidakpastian. Ethereum dan altcoin lain mencatat kinerja datar, sementara sentimen investor masih menunggu sinyal dari The Fed mengenai arah kebijakan moneternya ke depan.

The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50%, dengan Ketua Jerome Powell menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena “ketidakpastian prospek ekonomi yang masih tinggi,” meski terdapat tren inflasi yang menurun. Keputusan ini dinilai investor sebagai bentuk kehati-hatian The Fed di tengah risiko global yang meningkat.

Menurut Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, pasar kripto saat ini berada dalam fase konsolidasi. “Bitcoin sedang menguji zona support di US$104.000. Volume perdagangan menurun, ADX berada di level 16 yang menandakan belum ada tren kuat, dan RSI netral di angka 45. Ini adalah fase menunggu arah baru, baik dari kebijakan The Fed maupun perkembangan geopolitik,” katanya.

Namun demikian, menurut Fyqieh, struktur jangka panjang masih positif, dengan pola golden cross antara EMA 50 dan EMA 200 hari yang tetap utuh. “Jika The Fed ke depan hingga Juli menjelang FOMC selanjutnya bisa memberi sinyal dovish, Bitcoin berpotensi kembali menguat menuju $110.000,” ujarnya.

Data Historis: Bitcoin Cenderung Tangguh Saat Konflik Berkecamuk

Meski disebut sebagai aset berisiko, data historis menunjukkan bahwa Bitcoin cenderung stabil bahkan menguat dalam masa konflik bersenjata besar. Dalam 10 tahun terakhir, berbagai peristiwa geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina (2022), konflik Israel-Gaza (2023), hingga eskalasi terbaru Israel-Iran (2025), tidak membuat harga Bitcoin jatuh dalam jangka panjang.

Contohnya, pasca serangan rudal Israel ke Iran pada 13 Juni 2025, harga BTC sempat turun, namun pulih kembali dalam beberapa hari. Bahkan, perusahaan milik Michael Saylor, Strategy, mengakuisisi 10.001 BTC senilai US$1 miliar pada 16 Juni, menunjukkan keyakinan institusional terhadap prospek jangka panjang aset ini.

“Konflik geopolitik meningkatkan ekspektasi inflasi global melalui lonjakan belanja fiskal, gangguan rantai pasok, dan kenaikan harga komoditas. Dalam jangka panjang, faktor-faktor ini cenderung menguntungkan Bitcoin,” ungkap Fyqieh.

Namun, Fyiqeh memperingatkan bahwa BTC tetap sensitif terhadap reaksi awal pasar terhadap perang, dengan kemungkinan tekanan jual sesaat setelah konflik pecah.

Konflik internal seperti perang Tigray (2020) atau kudeta Myanmar (2021) tidak berdampak signifikan terhadap harga Bitcoin. Hal ini menunjukkan bahwa dampak terhadap harga lebih ditentukan oleh kedekatan geopolitik dan keterlibatan pasar keuangan global.

Pergeseran Narasi Bitcoin

Seiring meningkatnya adopsi institusional dan kepemilikan BTC oleh entitas besar seperti BlackRock, Coinbase, dan bahkan pemerintah AS, Bitcoin kini semakin terkorelasi dengan pasar tradisional. Hal ini menjadikan BTC rentan terhadap tekanan pasar global, namun sekaligus memperkuat posisinya sebagai bagian dari sistem keuangan global yang lebih luas.

Menurut Fyqieh, hal ini menjadi pertimbangan penting bagi investor. “Bitcoin tidak lagi berdiri sendiri seperti satu dekade lalu. Faktor makroekonomi dan geopolitik kini punya pengaruh besar terhadap harga. Tapi justru ini yang membuat BTC menjadi instrumen relevan untuk diversifikasi portofolio,” jelasnya.

Bitcoin saat ini menghadapi resistansi di level US$106.500, dilanjutkan dengan zona US$108.800–US$110.000, dan resistansi kritis di US$112.000. Sementara itu, dukungan terdekat berada di kisaran US$102.000–US$103.000, dengan level psikologis US$100.000 sebagai penopang utama. Dukungan kritis jangka panjang berada di sekitar US$93.200, yang bertepatan dengan EMA 200 hari.

Pasar kripto kini menantikan pertemuan The Fed berikutnya serta perkembangan konflik global yang masih terus berlangsung. Dengan kapitalisasi pasar kripto global yang tetap bertahan di US$3,25 triliun dan arus masuk ETF yang positif, peluang pemulihan harga tetap terbuka di tengah gejolak.

Artikel ini juga tayang di vritimes

Featured

Recent Comments

No comments to show.
LAINNYA